Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berfikir.” (Mau’idhatul Mu’minin)
Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, dia menjawab, “Tafakur.”
Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: “Bertafakur sesaat adalah lebih baik daripada beribadat setahun.” Riwayat ad-Dailani
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang zat Allah.” (HR Abu Nu’aim)
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka. Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (Ar-Ruum, 8)
Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, dia menjawab, “Tafakur.”
Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: “Bertafakur sesaat adalah lebih baik daripada beribadat setahun.” Riwayat ad-Dailani
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang zat Allah.” (HR Abu Nu’aim)
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka. Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (Ar-Ruum, 8)
Hati yang selalu bertautan dan berhubungan dengan Allah serta pandangan yang benar terhadap alan dan manusia, akan melahirkan kesadaran bahwa bulatan bumi dan isinya tidak lain hanya atom kecil yang tidak bernilai dalam kerajaan Allah yang luas. Bertafakur mengenai segaala ciptaan Allah dan isinya tanpa mengenal batas waktu dan tempat, karena dari alam wujud itulah kita dapat merasakan dan mencintai Allah. Karena seorang mukmin tidak boleh memikirkan Zat Allah, manusia hanya boleh memikirkan Allah dari apa yang diciptakannya. Perbedaan individu dalam bertafakur diantaranya :
1. Kedalaman iman
Kedalaman berfikir dan renungan pertama kali tergantung kepada derajat iman seseorang dan hubungannya dengan Allah. Karena hanya Allah dan diri pribadi yang dapat mengetahuinya. Di dapti hal-hal yang menakjubkan jika seseorang sudah menjalani tafakur yang mendalam, ia betul-betul tenggelam dalam tafakurnya sehingga tidak menyadari lagi apa yang ada disekelilingnya.
2. Kemampuan memusatkan pikiran
Kemampuan individu dalam memusatkan pikiran dengan cepat agar tidak mudah capek dan bosan cirri semacam ini banyak ditentukan oleh system saraf yang diberikan Allah swt kepada seseorang. Seseorang yang memiliki daya tangkap sebagai penjaga pintu yang mengatur saref dan urat nadi yang menghubungkannya ke otak.
3. Kondisi emosional dan rasional
Tafakur membutuhkan ketenangan, ketentraman jiwa, serta kesehatan fisik dan psikologis. Seseorang yang sedang mengalami kegelisahan, cemas dan ketakutan tidak dapat memikirkan tentang ciptaan Allah . oleh sebab itu kesehatan fisik dan sikis sangat di butuhkan pada saat bertafakur . karena pada saat bertafakur atau mmecahkan masalah menjadi lemah bersama dengan tambahnya kegelisahan dan depresi. Walaupun hasil yang di dapatkannya hanya rendah.
4. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan seseorang tinggal, kadars sibuk tidaknya pikiran dengan problem sehari-hari yang dapat menpengaruhi seseorang untuk melakukan tafkur.
5. Tingkatan pengetahuan tentang objek tafakur
Sejauh mana pengetahuan seseorang tentang objek tafakur. Karena seseorang yang memiliki pengetahuan atau ahli mengenai sesuatu akan mempermudahkan ia pada saat bertafakur.
6. Contoh baik dan pengaruh pergaulan
Pengalaman dan contoh yang diperoleh seseorang pad saat bertafakur apakah sudah sesuai dengan kadar dan ukuran pencapaiannya. Karena dikatakan bahwa oaring yang selalu bertafakur dan berzikir akan dibukakan pintu yang luas untuk mendekat, sehingga seolah-olah ia melihat dan menyaksikan apa yang ada di langit dan di bumi.
7. Esensi sesuatu
Esensi dan cirri sesuatu yang menjadi objek renungan dan proses berpikir dalam mentafakuri ciptaan Allah swt.
8. Kadar kebiasaan terhadap objek
Kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk melakukan tafakur dapt menjadikan dirinya tertutup matanya, karena dirinya merasa terbiasa dengan apa yang di lakukannya. Seharusny adengan kebiasaanny aitu manusia harus dapat mengembangkan lebih maju.
Alangkah bahagianya jika kita dengan bertafakur dapat lebih mendekatkan diri dengan Allah dan alam ciptaannya, sehingga kita dapat merasakan kenyamanan dan keakraban dengan alam sekitar tidak hanya dengan manusia saja, tetapi ke semua makhluk ciptaan Allah.